Wednesday, 20 May 2020

Kepentingan Hilal (bulan Sabit)



يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِىَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلْحَجِّ ۗ

Terjemahannya: “Mereka bertanya kepada engkau dari hal bulan sabit. Katakanlah: "Dia itu adalah waktu-waktu yang ditentukan untuk manusia dan (untuk) haji …..” [al-Baqarah: 189]

Huraian:

Dalam beberapa riwayat ada disebutkan bahwa beberapa orang sahabat Nabi s.a.w. datang bertanya kepada beliau tentang hilal, yaitu bulan sabit. Mereka bertanya; “Wahai Rasulullah, mengapakah bulan sabit itu terbit dan naik mula-mula sangat halusnya. Laksana benang, kemudian jadi bertambah besar dan lama-lama jadi penuh (purnama), kemudian surut lagi dan kurang lagi, sampai kecil pula sebagai keadaan semula; tidak tetap dam satu keadaan saja?

Maka untuk menjawab pertanyaan itu datanglah ayat ini.

Dapat dilihat di sini bahwa duduk pertanyaan lain, tetapi dijawab Nabi lain pula. Mereka menanyakan mengapa bulan begitu, bukan menanyakan apa faedah yang kita ambil dari keadaan bulan yang demikian. Ahli ilmu balaghah menyatakan bahwa jawaban Nabi s.a.w. ini sangatlah halusnya menurut ilmu balaghah. Sebab jawaban itu dipimpin dan dijuruskan kepada hasil yang berfaedah dan sesuai dengan kedudukan beliau sebagai Utusan Tuhan membimbing dan membawa petunjuk agama. Sebab tidak pantas atau tidak pada tempatnya  jika kepada Nabi ditanyakan apa sebab bulan itu mula-mula halus kecil laksana benang, lama-lama besar purnama, akhirnya kembali kecil dan halus lagi sebagai semula. Mengapa tidak tetap saja begitu.

Menjawab pertanyaan yang seperti itu bukanlah kewajiban Nabi. Nabi bukan ahli ilmu falak. Sebab itu beliau berikan jawaban yang sesuai dengan keawajiban  beliau sebagi Rasul, sehingga ke sanalah perhatian yang bertanya dibawa. Maka beliau katakan bahwasanya bulan terbit dengan keadaan yang sedemikian itu membawa hikmat yang sangat penting sekali bagi kita. Bualan sabit adalah untuk menentukan waktu bagi manusia. Dengan bulan yang demikian halnya, manusia sesama manusia dapat menentukan janji. Dengan bulan demikian manusia dapat menentukan iddah perempuan setelah bercerai. Dengan bulan demikian manusia dapat menentukan berapa purnama perempuan telah mengandung. Dan dengan dia dapat ditentukan waktu puasa, sampai kepada waktu hari raya dan mengeluarkan zakat sekali setahun, sampai kepada waktu mengerjakan haji.[1]




[1] Terjemahan dan huraian ayat oleh Almarhum Syeikh Prof. Dr. Abdul Malek bin Abdul Karim (HAMKA) yang dipetik dari kitab Tafsir al-Azhar.

No comments:

Post a Comment